Laporan Pelaksanaan Program Benchmarking and Networking Pendidikan Menengah Kejuruan
Ke World Skill Competition Di Calgary, Canada Bagi SMK Rintisan Sekolah Bertaraf International Tahun 2009
1. Pendahuluan
Setiap sekolah yang dijadikan sebagai institusi pendidikan bertaraf internasional tak terkecuali dan terlebih lagi Sekolah Menengah Kejuruan pada dasarnya dituntut untuk mampu menampilkan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Status Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) memang mensyaratkan bahwa proses penyelenggaraan kegiatan pendidikan di dalamnya serta keluaran yang dihasilkannya (dalam hal ini para lulusan) memiliki kualifikasi yang pantas untuk diperbandingkan dengan apa yang ada pada sekolah kejuruan di negara-negara lain yang telah dikenal memiliki keunggulan dalam bidang kemampuan tertentu. Proses pembelajaran yang ada serta keluaran yang dihasilkan tidak dianggap unggul bila hanya setara dengan sekolah menengah kejuruan di negara-negara lain yang kondisinya setara dengan Indonesia.
Kemampuan suatu sekolah bertaraf internasional atau rintisannya untuk menghadirkan kualitas tinggi dalam kedua hal di atas hanya dapat diperoleh apabila ia selalu melakukan upaya peningkatan secara berkelanjutan dengan topangan infrastruktur, sarana, tatanan organisasi, sistem kerja, dan tentunya ketersediaan dana yang mantap. Selain itu, satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya untuk diupayakan adalah pengayaan wawasan serta pengetahuan tentang cara mengelola lembaga yang baik dan meningkatkan kualitas kemampuan para siswanya.
Bagi Sekolah Menengah Kejuruan bertaraf internasional (SMK-SBI) atau rintisannya, pengayaan wawasan dan pengetahuan itu dapat dilakukan dengan melakukan benchmarking terkait dengan keunggulan pada bidang tertentu di tempat maupun lembaga lain yang dinilai sudah mampu mencapainya. Pada umumnya, kondisi unggul tersebut memang telah banyak ditemukan di negara-negara maju. Benchmarking itu sendiri bisa dilakukan dengan studi banding atau menyaksikan kompetisi yang mempertandingkan berbagai kemampuan para siswa. Namun, berkenaan dengan benchmarking melalui studi banding, ada satu catatan penting yang benar-benar tidak boleh diabaikan. Studi banding yang dilaksanakan harus memenuhi syarat yakni hasilnya harus dapat diterapkan di tempat asal para peserta. Bila kemudian hasilnya ternyata tidak bisa diterapkan, studi banding hanyalah merupakan kegiatan membuang waktu serta uang yang tidak berguna.
Menghadiri dan melaksanakan kunjungan pada ajang kompetisi kemampuan para siswa sekolah menengah kejuruan tingkat dunia World Skill Competition (WSC) yang diselenggarakan di kota Calgary, provinsi Alberta, Kanada adalah satu even yang tepat untuk tujuan itu. Di dalamnya, perwakilan Sekolah Menengah Kejuruan bertaraf internasional serta rintisannya dapat memperkaya cakrawala pengetahuan serta wawasan berkenaan dengan peningkatan kemampuan pada bidang-bidang yang dipertandingkan. Selain itu, mereka juga dapat mengetahui perkembangan kemajuan sarana pembelajaran yang dinilai relevan dengan kebutuhan saat ini.
Bagi para siswa sekolah menengah kejuruan yang nantinya akan dikirimkan kepada berbagai kompetisi dalam beragam tingkatan, even ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan mengenai cara untuk mempertinggi kesiapan mereka dalam mengikutinya. Selama ini, para siswa sekolah menengah kejuruan dari Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan individual yang tidak kalah tingginya dengan para pesaing dari negara-negara lain. Tetapi, sering kali kemudian mereka kehilangan kepercayaan pada diri sendiri pada saat-saat yang menentukan atau bahkan lebih parahnya lagi pada saat kompetisi baru saja dimulai. Kepercayaan pada diri sendiri merupakan faktor penentu keunggulan psikologis yang besar artinya bagi para peserta sekaligus aspek mendasar yang mampu memunculkan kemampuan lebih lainnya serta menutup kekurangan. Hilangnya kepercayaan pada diri sendiri tersebut menjadikan kemampuan individual dan keterampilan tinggi yang sesungguhnya ada dalam diri mereka kemudian tidak dapat ditampilkan. Di samping itu, para siswa sekolah menengah kejuruan asal Indonesia dinilai mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang lemah sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengungkapkan gagasan serta menampilkan argumen di hadapan para penilai. Keadaan ini menjadi nilai minus.
Dari aspek modal yang bersifat kebendaan serta fisikal, peralatan yang digunakan oleh para siswa sekolah menengah kejuruan dari Indonesia yang berpartisipasi dalam kompetisi sering kali atau bahkan hampir senantiasa tidak dapat menyaingi kemutakhiran peralatan para pesaing dari negara-negara lain. Karenanya, hasil akhir yang ditampilkan di hadapan para penilainya dinilai kalah bagus. Dengan kemampuan yang setara tetapi peralatan yang digunakan kalah mutakhir, tentunya tampilan hasil akhirnya akan berada di bawah para pesaing. Kita ketahui bersama, dari 20 orang peserta yang dikirimkan ke even itu, hanya ada beberapa yang dapat mencapai derajat middle excellent (setingkat dengan juara harapan), seperti yang disampaikan Direktur Pembinaan SMK Depdiknas ( Dr. Joko Sutrisno) di Jakarta, Senin 14/9 yang dilansir media kompas, mengatakan dalam kompetesi Wordskills International 2009 di Calgary, Kanada, beberapa waktu yang lalu, Indonesia mampu meraih posisi ke – 22 dari 50 negara peserta untuk beberapa bidang keahlian yang dipertandingkan. Sebagai contohnya, adalah competitor wall and floor tilling (SMKN II Kandangan), competitor cabinet making (SMKN I Jenangan), competitor welding (SMK Tunas Harapan), competitor mechanical engineering design (SMKN VII Semarang), competitor web design (SMKN II Pangkal Pinang), dan competitor industrial control (SMK Tunas Harapan). Sebenarnya, tingkatan prestasi mereka bisa dijadikan lebih bagus lagi.
Melalui even ini pula, diharapkan setiap perwakilan sekolah menengah kejuruan bertaraf internasional serta rintisannya akan memiliki gagasan untuk menyiasati keadaan semacam itu.
2. Tujuan Serta Manfaat Benchmarking Dan Kunjungan
Pada even World Skill Competition ini, benchmarking dan berbagai kunjungan yang dilaksanakan bertujuan serta memberikan manfaat diantaranya
a. Memperkaya cakrawala pengetahuan serta wawasan berkenaan dengan keunggulan kemampuan pada bidang-bidang yang dipertandingkan.
b. Mengetahui perkembangan kemajuan sarana pembelajaran yang dinilai relevan dengan kebutuhan para siswa pada saat ini.
c. Menambah wawasan mengenai dinamika pendidikan kejuruan yang bersifat internasional bagi para perwakilan sehingga hal itu dapat dijadikan tambahan kekuatan guna membangun jejaring berskala internasional sebagaimana halnya yang disyaratkan dalam kaidah penjaminan mutu bagi sekolah bertaraf internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional tahun 2007.
d. Memperkaya wawasan tentang mekanisme pengujian kompetensi bertaraf internasional untuk berbagai bidang keahlian.
e. Memberikan pemahaman yang makin mantap mengenai cara untuk mempertinggi tingkat kesiapan para siswa dalam berbagai kompetisi bersifat internasional dan rasa percaya pada diri mereka sendiri melalui pendampingan oleh lembaga.
3. Waktu Kunjungan
Kegiatan kunjungan pada even tersebut dilaksanakan mulai dari tanggal 1 hingga 7 September 2009. Secara lengkap, jadwal serta agenda kunjungan pada even World Skill Competition adalah sebagai berikut
Selasa, 1 September 2009
11.00 Check in dan pemeriksaan imigrasi pada Bandara Sukarno Hatta, Jakarta.
14.00 Berangkat menuju Calgary dari Bandara Sukarno Hatta, Jakarta.
18.00 Tiba di Vancouver International Air Port, Kanada
Rabu, 2 September 2009
09.00-18.00 Melaksanakan kunjungan dan penggalangan kemitraan di Vancouver.
14.00 Perjalanan ke Calgary
20.00 Rapat koordinasi internal.
Kamis, 3 September 2009
08.00-18.00 Menyaksikan World Skill Competition
20.00 Rapat koordinasi internal.
Jum’at, 4 September 2009
08.00-18.00 Menyaksikan World Skill Competition
20.00 Rapat koordinasi internal.
Sabtu, 5 September 2009
08.00-18.00 Menggalang kemitraan
20.00 Rapat koordinasi internal.
Minggu, 6 September 2009
08.00-17.00 Menggalang kemitraan
17.00-20.00 Upacara penutupan World Skill Competition.
20.00 Rapat koordinasi internal.
Senin, 7 September 2009
08.00 Check in dan pemeriksaan imigrasi pada Calgary International Air Port.
Berangkat menuju Jakarta, Indonesia dengan maskapai penerbangan China Air Lines.
4. Program Kunjungan
Berdasarkan jadwal serta agenda yang telah ditentukan di atas, program kunjungan di kota Calgary di laksanakan. Selain menyaksikan ajang pengujian kemampuan para siswa sekolah menengah kejuruan dari seluruh dunia guna mengetahui kemampuan yang harus dikembangkan serta ditingkatkan kualitasnya di sekolah masing-masing, setiap perwakilan juga diberi beberapa tugas yang harus dilaksanakan. Tugas yang harus dilaksanakan diantaranya adalah
a. Menampilkan setidaknya 5 foto terbaik pada ajang tersebut yang bisa memberikan gambaran mengenai cara kerja yang diterapkan, fasilitas yang dimiliki, tata letak, dan sistem keamanan perbengkelan.
b. Memberikan deskripsi mengenai beberapa hal yang juga tercakup dalam ajang itu semisal definisi, karier, masa pendidikan, prospek kerja, dan lainnya yang relevan.
c. Mengenal dan mencatat nama peserta lomba serta expert dari Indonesia dan negara-negara lainnya.
d. Memilih setidaknya 5 atau seluruh bidang kemampuan yang dipertandingkan pada ajang tersebut yang relevan dengan program maupun kompetensi yang dikembangkan oleh setiap Sekolah Menengah Kejuruan untuk kemudian mengumpulkan data-data tertulis diantaranya mencakup
1) aturan kompetisi yang diberlakukan dalam World Skill Competition di Calgary.
2) deskripsi teknis World Skill Competition baik yang lama maupun yang terbaru.
3) daftar peralatan tiap bidang kemampuan dalam World Skill Competition.
e. Menampilkan foto terkait dengan 5 kemampuan yang dikembangkan oleh setiap Sekolah Menengah Kejuruan yang nantinya akan dikompetisikan dengan jumlah setidaknya 300 foto untuk setiap kemampuan yang akan dikompetisikan tersebut.
f. Mengenalkan diri kepada para expert, sponsor lomba maupun delegasi negara lain yang berpartisipasi dalam ajang itu dengan memberikan serta memperoleh paling tidak 3 kartu nama.
g. Melaksanakan pengamatan secara mendalam setiap even dan program dalam setiap bidang kemampuan yang dikompetisikan dan selanjutnya menuangkannya dalam laporan.
h. Mengunggah (up-loading) hasil kunjungan dalam World Skill Competition dan laporan yang telah ditulis serta masukan, kesan, maupun opini yang dikemukakan dalam web-site yang dipunyai oleh setiap Sekolah Menengah Kejuruan.
5. Hasil Kunjungan
Dari kunjungan yang dilaksanakan pada even World Skill Competition di Calgary, Kanada tersebut, ada beberapa hasil berguna yang diperoleh dan diharapkan dapat diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan asal para perwakilan. Diantaranya adalah
a. Dari ajang kompetisi itu, diketahui bahwa ada beberapa kemampuan tertentu yang bisa dikembangkan di sini dan juga kemampuan tertentu yang sebenarnya telah dikembangkan namun kemampuan tersebut harus ditingkatkan kinerjanya.
b. Terdapat sejumlah peralatan untuk kegiatan praktek kerja serta pembelajaran yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan pengadaan terhadapnya oleh setiap Sekolah Menengah Kejuruan. Pengadaan beberapa peralatan itu merupakan investasi yang jelas berguna untuk meningkatkan kinerja.
c. Kemajuan pendidikan kejuruan di negara-negara lain yang mengikuti ajang kompetisi ini dapat diketahui sehingga beberapa hal yang membawa kemajuan tersebut bisa direkomendasikan untuk diterapkan dalam setiap Sekolah Menengah Kejuruan. Tentunya, rekomendasi tetap harus disesuaikan dengan kondisi nyata yang ada di dalamnya serta batas kemampuan yang dimiliki sehingga benar-benar bisa dilaksanakan.
d. Kemungkinan jejaring kerja sama eksternal baik dalam lingkup regional, nasional, bahkan internasional dapat digalang. Melalui penggalangan jejaring kerja sama itu, kekuatan tiap Sekolah Menengah Kejuruan dapat disinergikan, kemajuan kelembagaan bisa ditingkatkan, kemampuan para siswa dapat diperbagus, dan kemungkinan untuk memperoleh tambahan peluang kerja bagi para lulusan menjadi lebih besar.
e. Setelah menyaksikan ajang World Skill Competition beserta dinamika yang ditunjukkan di dalamnya, mekanisme pengujian yang diberlakukan dan upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kriterianya bisa direkomendasikan serta dipersiapkan sejak awal.
f. Terakhir, setiap Sekolah Menengah Kejuruan dapat mempersiapkan pembekalan guna meningkatkan rasa percaya diri para siswa yang dikirimkan kepada even sejenis melalui pendampingan yang lebih baik lagi.
6. Penutup
Kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai wujud benchmarking, kunjungan yang dilaksanakan pada even kompetisi kemampuan World Skill Competition di Calgary memang memiliki nilai guna yang bersifat strategis. Melalui berbagai hal yang diketahui selama even tersebut, beberapa rekomendasi yang dipandang berguna untuk meningkatkan kemampuan para siswa dan kemajuan lembaga serta memperkuat jejaring kerja sama eksternal dapat dikemukakan. Sedangkan beberapa saran atau rekomendasi yang disampaikan di sini adalah
a. Kemampuan para siswa harus ditingkatkan secara berkelanjutan dan akumulatif. Mereka perlu dilatih untuk bisa menyelesaikan setiap pekerjaan dengan semakin baik dan mampu memenuhi standar kualitas yang tinggi agar hasil pekerjaan para siswa dinilai kompetitif di tingkat internasional.
b. Peralatan untuk kegiatan praktek kerja serta pembelajaran jelas perlu sekali dimutakhirkan secara berkala. Upaya ini dinilai mendesak untuk dilakukan agar hasil pekerjaan para siswa semakin baik dan mereka dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kemajuan teknologi dalam bidang kemampuan mereka.
c. Jejaring kerja sama eksternal yang telah berhasil digalang harus dipererat dan kemungkinan jejaring kerja sama yang baru harus senantiasa dicari sehingga kemajuan kelembagaan dapat ditingkatkan secara berkesinambungan.
d. Lembaga harus lebih banyak membekali para siswa dengan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan internasional agar mereka dapat memaparkan pemikiran secara lebih bagus. Demikian pula, rasa percaya kepada diri sendiri maupun motivasi untuk berprestasi harus diperkuat. Untuk itulah, kegiatan pembelajaran bahasa Inggris harus ditingkatkan kualitasnya dan laboratorium bahasa harus dioptimalkan penggunaannya. Selain itu, pelatihan motivasional semisal Achievement Motivation Training,
0 komentar:
Posting Komentar